skip to main | skip to sidebar
  • Home
  • Daftar isi
  • KMK SC
    • *Kota Tua
    • *Camping 2012
    • *Liwa-G.Pesagi
  • Umum
    • #
    • #
    • #
  • CV

@Andreas_Coas

My Life My World

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
Jumat, 20 Juni 2014
Post by Andreas Coas di Jumat, Juni 20, 2014 0 komentar

Tata Cara Pernikahan Orang BATAK

 

Suku Batak terkenal dengan adat istiadatnya yang sangat rumit dan unik, posisi adat dalam suku Batak berada pada urutan kedua setelah Agama. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari adat memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Batak, adat menjadi alat pemersatu antara individu dengan individu yang lain, antara satu keluarga dengan keluarga lain, antara marga yang satu dengan marga yang lain.

Adat sangat dijunjung tinggi keberadaannya oleh orang Batak karena adat menjadi sebuah alat dapat mengatur kekerabatan suku-suku Batak. Dengan mengetahui adat, maka orang Batak akan bisa memposisikan dirinya ketika berkenalan dengan orang baru hanya dengan menanyakan marga orang tersebut. Dalam acara-acara Batak juga tidak lepas dari adat, baik acara sukacita maupun dukacita. Ciri yang paling khas adalah kehadiran ulos dalam setiap acara Batak.

Salah satu yang cukup rumit dan unik dalam adat Batak adalah pernikahan, bagi suku Batak pernikahan adalah sebuah acara yang sangat berharga. Pernikahan bagi masyarakat Batak khususnya orang Toba wajib dilaksanakan dengan menjalankan sejumlah ritual perkawinan adat Batak setelah menerima pemberkatan dari Gereja. Dalam keunikan dan ragam keistimewaannya, upacara pernikahan adat Batak Tobacukup merepotkan, apabila dibandingkan dengan pernikahan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Acara adat Batak bisa berlangsung dari pagi hingga malam hari pukul 10 WIB karena panjangnya tata acara adat yang dilaksanakan. Sehingga bagi mereka yang baru pertama mengikuti acara nikah orang Batak akan merasa heran dengan panjangnya acara tersebut.
Pernikahan Batak akan dipandang sah dalam masyarakat harus mengikuti tata adat yang berlaku. Walau sebenarnya pemberkatan di Gereja adalah hal yang paling utama, namun jika tidak melakukan acara adat secara penuh (adat na gok) maka keluarga yang baru terbentuk belum sah posisinya dalam adat batak.
Berikut ini  tata adat dalam pernikahan Batak yang disebut dengan adat na gokpernikahan orang Batak:

1. Mangarisika / Perekenalan dan bertunangan.
Dalam hal ini pihak pria melakukan kunjungan tidak resmi ke rumah wanita dalam rangka penjajakan atau perkenalan pihak keluarga pria kepada orang tua wanita, biasanya diutus dua atau tiga orang dari pihak pria. Jika pihak wanita terbuka untuk menerima peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda kasih (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata) berupa kain, cincin emas, dan lain-lain.


2.Marhori-hori Dinding/Marhusip
Marhusip (Indo: berbisik), marhusip bukan dalam artian pihak pria dan pihak wanita berbisik-bisik. Akan tetapi pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum. Tahap ini adalah kelanjutan dari mangarisika, yaitu acara bertamu antara orang tua serta kerabat pria kepada orang tua serta kerabat wanita.
Akan tetapi akhir-akhir ini acara Marhori hori Dinding sudah agak melenceng dari sebenarnya dimana acara ini tidak hanya menjajaki lagi namun sudah langsung membicarakan hal-hal pokok seperti berapa besarnya nilai Mas Kawin / sinamot yang akan diberikan pihak pria kepada pihak perempuan tersebut, tempat Pesta Pernikahan, akan tetapi pembicaraan ini belum bersifat resmi.


3. Marhata Sinamot
Sinamot adalah tuhor ni boru, dalam adat Batak, pihak pria “membeli” wanita yang akan jadi istrinya dari calon mertua. Jumlah sinamot yang akan dibayarkan pria kepada pihak wanita dibicarakan dalam acara ini, sebelum membicarakan jumlahsinamot, terlebih dahulu acara makan bersama yang dihadiri beberapa orang pihak pria dan wanita. Acara ini dilakukan di rumah kaum wanita, pihak pria (tanpa pengantin) datang ke rumah wanita membawa juhut/daging dan makanan untuk dimakan bersama. Setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri dari :
1. Kerabat marga ibu (hula-hula)
2. Kerabat marga ayah (dongan tubu)
3. Anggota marga menantu (boru)
4. Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
5. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
Dalam acara ini ada beberapa hal pokok yang dibicarakan yaitu:
1.      Sinamot.
2.      Ulos
3.      Parjuhut dan Jambar
4.      Jumlah undangan
6.      Tanggal dan tempat pesta.
7.      Tatacara adat

5. Martumpol (baca : martuppol)
Acara ini adalah penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja.Martumpol dilakukan biasanya dua minggu sebelum pesta pernikahan. Dalam acara ini kedua pengantin ikut hadir serta anggota keluarga ke Gereja. Selanjutnya pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat, yang biasa disebut dengan Tingting (baca : tikting) seperti pemberitahuan bahwa kedua belah pihak akan menikah. Tingting harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut, setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).

6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Martonggo raja adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk empersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis, dalam acara ini biasanya dihadiri oleh teman satu kampung, dongan tubu (saudara). Pihakhasuhuton (tuan rumah) memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta (temansekampung) untuk mebantu mepersiapkan acara dan penggunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan.

7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
Pemberkatan pernikahan kedua mempelai dilakukan di Gereja oleh Pendeta, setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, kemudian kedua belah pihak pulang ke rumah untuk mengadakan acara adat Batak dimana pesta ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak pria dan wanita.

8. Pesta Unjuk
Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua mempelai juga menerima pemberkatan dari adat yaitu dari seluruh keluarga terkhusus kedua orang tua. Dalam pesta adat inilah disampaikan doa-doa bagi kedua mempelai yang diwakili dengan pemberian ulos. Kemudian dilakukan pembagian jambar (jatah) berupa daging dan juga uang yaitu:
1. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak wanita adalah jambar juhut (daging) dan jambar uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.
2. Jambar yang dibagi-bagikan bagi pihak pria adalah dengke (baca : dekke/ ikan mas arsik) dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak.

9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diadakan di kediaman kaum wanita, maka dilakukanlah acara membawa mempelai wanita ke tempat mempelai pria.


10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.

11. Paulak Unea
a. Seminggu setelah pesta adat dan wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka pihak pria, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa lajangnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.

12. Manjae
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan mata pencarian. Biasanya anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya.

13. Maningkir Tangga (baca: manikkir tangga)
Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka, maka orang tua serta keluarga pengantin datang untuk mengunjungi rumah mereka, dan diadakan makan bersama.
Demikianlah tata pernikahan dalam adat Batak yang disebut dengan adat na gok, akan tetapi akhir-akhir ini tidak semua lagi urutan ini dilakukan seperti semula, terutama orang-orang Batak yang diperantauan. Beberapa sudah dibuat menjadi lebih simpel, ada juga sebagian yang digabungkan pelaksanaannya. Terimakasih. Salam.

Sub. Kompasiana
[ Read More ]
Minggu, 30 Desember 2012
Post by Andreas Coas di Minggu, Desember 30, 2012 0 komentar

Jalur Menuju Puncak Pesagi

 
Gambar G.Pesagi di pagi hari


Gunung Pesagi

>> Gunung Pesagi memiliki ketinggian 2231 mdpl Terletak di Kabupaten Lampung Barat. Gunung Pesagi adalah gunung tertinggi di Propinsi Lampung memang terasa tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan gunung-gunung lain. Gunung Pesagi memiliki keunggulan tersendiri termasuk kategori gunung yang memiliki jalur yang menantang terutama Hutannya yang perawan dan Tracknya yang membentuk penyambungan seperti Jembatan Sirotol Mustaqim.

>> Gunung Pesagi memiliki 3 Jalur pendakian, diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan medan perjalanan menuju Puncak Pesagi, yaitu :


1. Jalur Patah Hati (Desa Bahway – Dusun Way Pematu) 

1)  Pos 1 – Pos 2
Jalur menuju pos 2 merupakan jalur pemukiman penduduk Desa Bahway. Jalur ini berupa jalan batu yang landai dengan panorama pemandangan alam desa yang khas. Di kanan dan kiri jalur terdapat aliran sungai, areal persawahan, dan perumahan tradisional masyarakat Desa Bahway. Jalur ini cukup panjang dan bisa dianggap ”Bonus” tetapi tetap menantang karena jalur yang dilewati cukup licin sampai akhirnya kita akan menemukan perkebunan kopi melewati jalan setapak menuju pos 2. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar.

2)  Pos 2 – Pos 3
Disinilah ujian sesungguhnya dimulai. Pada jalur ini kita akan melewati sungai dan melewati sedikit perkebunan kopi, selanjutnya kita akan menjumpai sungai untuk yang kedua kalinya alirannya disini pun cukup deras, setelah melewati sungai mulai masuk kedalam hutan, dahulu pintu rimba gunung pesagi ditandai dengan dua buah pohon besar yang menjulang tinggi di kanan kiri jalur, namun saat ini kedua pohon itu tidak ditemui karena telah tumbang. Setelah memasuki pintu rimba jalur menuju pos 3 berupa tanjakan panjang dan licin, kita harus berhati-hati karena jalur ini banyak terdapat pohon rotan yang masih berduri dan menghalangi jalan sampai ke pos 3. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar

3)  Pos 3 – Pos 4
Pada Jalur Pos 3 – Pos 4 ini dapat ditemukan tanaman ”Angrek Macan”, termasuk kategori bunga yang khas dan indah dari tanaman ini adalah batangnya yang mempunyai Loreng atau bercak hitam putih menyerupai macan. Selain anggrek macan kita juga akan menjumpai tanaman kantong semar yang banyak ditemukan sampai ke pos puncak. Jalur semakin menantang semakin terjal dan tidak terdapat sumber air, Vegetasi hutan semakin rapat dengan tanaman pakis dan rotan yang masih setia menggoda dan mencubit para petualang, kekuatan karakter hutan pesagi sangat tampak, hutan yang masih rapat dan lembab. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar

4)  Pos 4 – Pos 5

Jalur antara Pos 4 – Pos 5 termasuk kategori berbahaya. Pada jalur ini kita akan menikmati jalur yang mulai pindah punggungan gunung dari punggungan satu ke punggungan lainnya, sesuai dengan Nama Gunung ini Pesagi karena gunung ini berbentuk persegi yang menciptakan banyak punggungan dan diantara punggungan adalah lembah sehingga dituntut sangat waspada karena terdapat jurang, melewati dan membelah jalur air terjun/curup mati dan sungai kecil yang sangat licin. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar
5)  Pos 5 – Puncak Pesagi
Jalur antara Pos 5 – Pos 6 adalah jalur yang paling ekstrim pada jalur inilah asal muasal ”Jalur Patah Hati”, beranjak dari Pos 5 menuju Pos 6 atau air terjun Badas Gumpalan maka kita harus sedikit memutar dengan tanjakan terjal guna menghindari air terjun, kemudian disuguhi sedikit susur sungai dengan kondisi cukup landai atau ”Bonus”, belum selesai kita bergumam jalur kembali menanjak mencapai 40 – 50 derajat yang terkadang memaksa untuk merayap, mencari akar pohon sebagai pegangan dan naik keatas batang pohon, disini hutan benar-benar rapat belum terjamah tangan jahil dan banyak terdapat Pohon ”Tas” yang konon menurut kepercayaan penduduk setempat hanya ada di Gunung Pesagi dan tidak terdapat didaerah lain serta dipercaya mampu mengusir makhluk gaib, mengusir ular dan membawa keberuntungan. Disinilah View indah tersaji kembali,kita bisa melihat sebelah kanan dan kiri adalah lembah dengan gemercik air dan tiupan angin terdengar bagai alunan nada alam, kemudian didepan kita tampak adalah Puncak Pesagi dan dibelakang adalah Ujung Tanjung.

Pada Ujung Tanjung terdapat juga Puncak tetapi lebih rendah dari Puncak Pesagi, kita tidak melewati Puncak Ujung Tanjung karena jalurnya yang berbeda, pada Puncak Ujung Tanjung terdapat susunan batu-batu besar yang tersusun rapi bagaikan areal Sholat dengan Batu yang menyusun laksana ruangan Imam saat Sholat dan Batu susunan lainnya membentuk saf sebagai jamaahnya oleh karena itu disebut ”Batu Masjid”.

View yang indah telah dilewati, kini peserta harus bersiap menyongsong Fast Break sebuah tanjakan terakhir dan terekstrim, ini jalur dimana tanjakan yang dihiasi oleh bertebaran dan malang-melintangnya batang pohon tumbang yang terbakar karena suksesi alami yang terjadi di Gunung Pesagi, merayap salah, naik pohon yang malang melintang disepanjang jalur juga salah. Jalur ini memaksa Dengkul dan Dagu kita sampai bersentuhan, bayangkan dan coba lakukan bagaimana dengkul anda sampai ke dagu anda sendiri. Jalur ini memang dan benar-benar ekstrim, ”Don’t Try at Home” karena dirumah tidak akan ada jalur ini maka datang dan nikmati langsung ke Gunung Pesagi. Setelah melewati jalur ini dengan sedikit menikmati jalan yang landai, sampailah di Puncak Pesagi. Puncak Pesagi menurut masyarakat Lampung Barat adalah tempat turunya agama Islam di Propinsi Lampung sekaligus “Tangga Langit” karena jika kita berdoa di puncak pesagi takkan ada lagi yang menghalangi dan doa langsung sampai di Atas. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar.


2. Jalur Pendakian Standar (Desa Bahway – Dusun Ramuan)
1)  Pos 1 – Pintu Rimba
Jalur menuju Pintu Rimba merupakan areal perkebunan kopi penduduk, setelah sebelumnya kita akan melewati perumahan penduduk. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar
2)  Pintu Rimba – Gisting
Jalur menuju gisting sedikit menanjak tetapi cukup panjang, disini kita juga telah merasakan hutan pesagi yang rapat, setelah itu maka kita akan sampai di Pos ini yang bernama Gisting, disini terdapat sumber air yang terletak 20 meter kebawah, sumber air ini tidak kering meskipun saat musim kemarau karena berasal dari aliran sungai yang melewati celah-celah batu hingga selalu mengalir dan tertampung dalam cekukan batu yang terdapat disekitar sumber air. Waktu tempuh 2,5 Jam perjalanan standar

3)  Gisting – Penyambungan

Beranjak dari Gisting kita akan langsung menikmati ”Super Tanjakan” untuk dapat mencapai batu pipih, batu pipih adalah batu yang berbentuk pipih yang berdekatan dengan ukuran yang cukup lebar bahkan cukup jika dipakai beristirahat sambil merebahkan badan. Panorama pada batu pipih ini sangat indah, disini kita bisa melihat jalur ujung tanjung dan deretan bebatuan besar yang berdiri tegak menopang Puncak Pesagi dan apabila terkena cahaya bagai kilau mutiara.

Setelah melewati batu pipih kita akan berhadapan dengan jalur yang banyak dihiasi pohon tumbang hasil dari suksesi alami yaitu kebakaran yang terjadi secara alami, baru kemudian kita akan menikmati Jalur susunan batu bertingkat yang direkatkan secara alami oleh lapisan tanah membentuk sebuah tebing yang dinamakan Penyambungan, ini satu lagi yang dinamakan penyambungan seperti Jembatan Sirotol Mustaqim. karakter ini tidak akan ditemui kemiripannya pada Gunung-gunung lain. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar


4)  Penyambungan – Puncak Pesagi

Setelah penyambungan kita akan menikmati wilayah hutan lumut dengan suasana yang lembab tetapi track yang mulai landai karena telah berada di kawasan Puncak.

Pada puncak Gunung Pesagi, kita dapat menyaksikan indahnya liukan Danau Ranau, permukiman masyarakat OKU, laut lepas Krui, dan laut lepas Belimbing. Selain menyaksikan keindahan alam dari kejauhan, banyak lagi pemandangan yang dijumpai di puncak. Di antaranya tugu peninggalan Belanda, yang merupakan tanda batas wilayah kekuasaan Belanda kala itu, Sumber mata air Sumur Tujuh yang terletak ± 20 meter turun sedikit dari Puncak.
>> Sumber mata air Sumur Tujuh.
Menurut cerita rakyat hanya orang beruntung yang dapat menemui dan mengambil air disumur tujuh ini bagi yang tidak beruntung sumur tujuh ini akan kering dan tidak terdapat air, satu lagi adalah Pancuran Mas, sumber mata air yang tidak pernah kering tapi cukup sulit mencapainya karena terjalnya dan curamnya jalur, butuh waktu 30 menit pulang pergi dari puncak untuk mencapai Pancuran Mas. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar.


3. Jalur Desa Hujung Simpang Luas
Pada jalur ini cenderung lebih landai dan lebih mudah untuk menjangkau Puncak Gunung Pesagi. Relatif tidak menemukan pemandangan yang indah di sepanjang jalan Waktu tempuh 5 Jam perjalanan standar.



dan berikut sebagian foto2 yg dapat rekan2 pembaca lihat.















Jadi buat temen2 pecinta alam yang mau hicking ke pesagi silahkan hitung sendiri waktu yg dibutuhkan?? Jalur mana yg akan dipilih?? dan tentunya estimasi biayanya ?? hehehe
sekian dulu postingan saya,, semoga bermanfaat buat  rekan2 pembaca..
apabila ada masukan, saran, kritik, ataupun pertanyaan silahkan coment dibawah..::
>>Coas

sumber : www.timhore.com
[ Read More ]
Postingan Lama
Langganan: Postingan (Atom)

Pengunjung

Free Counter
Wordpress Counter
 
 
© 2014 @Andreas_Coas | Designs by @Andreas_Coas